Akhir-akhir ini banyak sekali kecelakaan lalu lintas disekitar saya. Saat saya berangkat kerja maupun saat saya pulang kerja. Sungguh mengerikan sekali. Kejadian itu membuat saya ngeri karena saya pernah mengalaminya sendiri. Saya benar-benar trauma dibuatnya. Kejadian ini terjadi satu tahun yang lalu. Begini kisahnya….
Tepat satu muharam, kebetualan kan tanggal merah, karena saya libur kerja, saya sama bunda saya pergi jalan-jalan ketempat saudara. Meski masih dalam kota, tapi letaknya di pinggir kota. Jadi jauh dari rumah saya. Pagi itu sebelum naik bus sendal yang saya pakai tiba-tiba putus, sebenarnya saya sudah ngerasa gak enak. Tapi dengan niat bismillah saya sama bunda tetap berangkat. Perjalanan kira-kira satu jam lebih, setelah sampai disana, karena ada urusan lain, bunda pulang duluan naik bus, saya ditinggal dirumah sodara. Rencananya kami akan pergi jalan-jalan ke suatu tempat. Karena medannya sangat sulit, bunda gak ikut, jadi cuma saya sama tante saya saja yang pergi.
Tempatnya sangat indah, pegunungan yang sangat sejuk sekali. Karena saat itu ramai sekali, kami jadi keasyikan… yah… ternyata hari sudah senja. Kamipun turun gunung. Hingga sampai rumah tante malam hari. Karena pagi harinya saya harus masuk kerja jadi gak bisa menginap. Saya putuskan untuk pulang ke rumah. Celakanya malam hari sudah gak ada bus ke kota, saya sempet bingung, gimana ini pulanganya. Dalam hati saya berdoa semoga masih ada bus yang tersisa. Saat saya nunggu bus, om saya kebetulan mau ke kota, beliau ngajak bareng saya, tapi saya ngerasa gak enak diboncengin pake motor sama pria meskipun itu om sendiri. Jadi saya menolaknya.
Tapi kemudian tante saya maksa, katanya tidak usah sungkan gitu. Akhirnya dengan perasaan tidak enak saya mau diboncengin naik motor sama om. Saat itu saya dalam keadaan puasa, dan belum berbuka, baru minum air sedikit . Di perjalanan hujan turun, gerimis, kebetulan saya gak pake jas hujan, juga gak pake helm, saya jadi basah kuyup. Setelah setengah perjalanan, hujan reda, meski saya merasa menggigil tapi tetap saya tahan. Om juga cerita sama saya, kalau ada apa-apa gak usah sungkan minta bantuan sama om, katanya lagi om ada urusan di kota, jadi gak usah ngerasa tidak enak. Tapi sebenarnya perasaan saya tidak tenang. Entah kenapa dari pagi pikiaran saya ngerasa tidak enak.
Setelan mengisi bensin di pom, tiba-tiba saya melihat nenek-nenek tua dengan rambut putih semua dan di jidatnya ada warna merah sama putih, garis-garis gitu, dan nenek itu melihat saya. (aduh saya jadi merinding mengetiknya). Kemudian hilang begitu saja, dalam hati saya berdoa terus, berdzikir juga, nanti ketika sampai rumah saya akan ceritakan yang saya lihat ini pada bunda, itu pikir saya. Tapi baru beberapa meter saya melihat nenek itu… tiba-tiba…. ehhhh…. (suara om saya) dan braaakkkkkkk!!!!!! dan saya teriak Allah hu Akbar… kami ditabrak mobil panther. Saya pingsan beberapa detik tapi masih bisa mengingat kalau tangan saya kelindas ban. Pas saya dah sadar saya merasa mati rasa pada tangan kanan saya. Saya menangis mencari tangan saya, darah dimana-mana, saya gak bisa bangun, alhamdulillah di jalan yang sepi itu masih ada orang yang melihat kejadian itu. Jalannya gelap dan masih ada air yang menggenang sehabis hujan, dan mobil yang menabrak kami melarikan diri.
Saya ditolong sama beberapa pemuda, dan penduduk sekitar jalan itu. Seorang pemuda yang mungkin habis minum-minuman keras, karena saya mencium bau alkohol, dia teriak sama temannya, yang ini masih hidup…! kemudian saya dibopong kepinggir jalan. Kemudian saya tanya sama pemuda itu “di mana om saya?” kata pemuda itu, “tenang mbak, tenang, ini minum dulu”, kemudian aku minum, dan menangis sejadinya karena badan saya perih semua, tangan saya sakit sekali. “tolong cari dokter, tolong dulu om saya, mana om saya”, tapi orang-orang yang mengerumuni saya bilang, kalau om saya sudah meninggal. Saya-pun menjerit sejadi-jadinya. Katanya om saya kepalanya pecah, padahal sudah memakai helm, sedangkan saya tidak memakai helm.
Kemudian ada yang menelpon polisi, saya di antar polisi ke rumah sakit terdekat, saya benar-benra merasa dingin sekali, hipothermia, benar-benar dingin. Sesampainya di rumah sakit sakit, adek saya langit sudah menunggu. Saya langung dibawa ke UGD, disaya pakaian saya dipotong-potong, cuma di selimuti saja. Mata saya penuh pasih, wajah saya bengkak, seluruh tubuh kena pasir. Tangan saya luka menganga juga penuh pasir. Kemudian pilisi-polisi sama wartawan foto-foto saya. Sebenarnya memalukan sekali, tapi katanya itu sudah tugas mereka. Saat itu aku masih menggigil, seorang suster membersihkan luka saya yang tertutup pasir, kemudian mengolesinya dengan bethadine, aduh, perih banget rasanya. Di tangan saya masih terlihat bekas ukiran ban mobil yang melindas tangan saya, dan saya pikir tangan saya remuk, karena saya sudah tidak bisa merasakan lagi. Perawat itu kemudian meminta saya di rongent, alhamdulillah tangan saya cuma retak.
Sementara di rumah saya, sebelum kejadian itu, ayah saya marah-marah sama bunda karena memiliki firasat tidak enak tentang saya. Ayah sampai menangis dalam sholatnya, mohon sama Allah semoga tidak terjadi sesuatu pada saya. Padahal saat itu pas waktu sholat maghrib, sementara saya kecelakaan saat jam 20.00 wib, dan anehnya lagi, saat saya ditabrak itu, bunda menerima telpon dari om saya, kata om gini, “mbak, saya sama lalang kecelakaan, tapi lalang tidak apa-apa” saat bunda menanyakan dimana, telponnya sudah terputus, itupun adek saya langi juga mendengarnya, kalau itu suara om, padahal om saya meninggal ditempat kejadian.
Ada kejadian yang aneh lagi, saat saya dirawat, tangan saya yang lukanya cukup parah, tertutup pasir, sudah dibersihkan suster berkali-kali, tapi pas tengah malam, adek saya menemukan sehelai rambut warna putih yang panjang dari dalam luka di tangan saya, kami semua sangat heran dengan kejadian-kejadian itu. Saya masih tidak percaya, ya anatara percaya dan tiak percaya. Saya sangat sedih dan merasa sangat bersalah karena om saya meninggal. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa om dan menempatkannya di surga-Nya amin…
Dari kejadian ini saya cuma bisa mengambil hikmahnya. Harus lebih hati-hati lagi. Tapi terkadang kita sudah berhati-hati tapi orang lain yang seenaknnya sendiri. Semoga orang yang menabrak kami diberi kesadaran untuk segera mempertanggung jawabkan semua perbuatannya.